Sunday, January 26, 2014 0 comments

Jurnalis Kampus

Pernah mengalami jatuh cinta?
Ya semua orang pasti pernah mengalami.
Tapi kali ini saya mau bahas bagaimana saya bisa mencintai dunia jurnalistik.
Saya bukan jurnalis profesional, hanya gadis yang memiliki impian untuk bisa terjun dalam dunia jurnalistik ataupun kepenulisan.
Saya pernah menjadi anggota dari mading SMP saya yang suka cari muka di depan guru biar dipilih untuk ikut diklat jurnalistik yang diadakan oleh salah satu media cetak terbesar di Indonesia.
Saya pernah menjadi anggota dari majalah SMA saya yang lagi-lagi suka cari muka di depan guru biar dipilih untuk ikut diklat, biar didanai ikut lomba, dan diwadahi tulisannya dalam bentuk majalah.
Berhenti sampai situ?
Tidak.
Saya melanjutkannya hingga jenjang pendidikan tinggi. Saya memutuskan dengan mantap, saya ingin menjadi jurnalis kampus. Teringat 3 tahun lalu, pada expo kelembagaan kampus, stand pertama yang saya tuju adalah stand Lembaga Pers Mahasiswa Kompen Polinema. Masih ingat betul, nama saya ada di urutan pertama dalam formulir yang masih kosong itu.
pengalaman baru, teman baru, dan ilmu baru adalah 3 hal yang tidak bisa diganti dengan uang.
tentunya membuat rasa cinta saya pada dunia jurnalistik semakin besar.
menjadi jurnalis kampus juga menyadarkan saya bahwa untuk menyampaikan pendapat tidak harus turun ke jalan. kami jurnalis kampus memiliki cara sendiri, mengguratkannya pada lembar-lembar media kami.
menjadi jurnalis, saya belajar lebih peka terhadap lingkungan
mencoba melihat apa yang orang lain tidak lihat
menyampaikan apa yang orang lain tidak bisa sampaikan.
Kalo ditanya tujuan, jujur dalam hati terdalam selain menyalurkan minat, saya ingin membuka mata dan pikiran orang lain. Memberikan informasi yang bisa mengubah pikiran orang lain. Memberikan informasi yang bisa menambah pengetahuan orang lain.
saya mencintai ini.
saya bisa berbicara dengan orang lain lewat tulisan, meski saya tidak mengenal mereka. :')


Sunday, January 19, 2014 0 comments

Pagi Heboh

Hola..
Pagi yang mendung untuk memulai aktivitas. tapi saya tetep semangat kok. bagaimana dengan anda? semangat dong? iya dong. harus itu.
oke seperti senin biasanya (kalo pulang kampung), saya akan berdesak-desakkan di kereta untuk kembali merantau demi sesuap nasi(etdah apaan sih).
dan seperti biasanya pula, kereta selalu penuh. Tapi yang berbeda adalah, saya dapat tempat duduk hari ini! :D
itu rasanya bahagia bingit. kayak dapat duit sejuta (oke ini mulai lebay, abaikan)
hari ini ada yang berbeda, bapak - bapak kondektur yang biasanya tidak nampak batang hidungnya tiba - tiba bermunculan.
kali ini mereka berbeda seperti yang saya jelaskan pada postingan saya sebelumnya.
mereka menarik karcis, penumpang dengan tiket duduk dipersilahkan duduk, penumpang dengan tiket berdiri harus mau berdiri dari tempat duduk nyamannya, dan kerennya yang nggak punya tiket diturunkan!
wow, saya terpukau seketika. akhirnyaaaa, PT KAI melakukan tindak tegas demi kenyamanan konsumen.
tentunya perbaikan sistem memiliki 2 sisi, pro dan kontra. banyak dari bapak - bapak dan ibu - ibu yang ngomel dengan kebijkan baru ini.
"Tiket cuma 2000 aja kok ribet," kebanyakan dari mereka akan berkomentar seperti itu.
Bapak dan ibu yang terhormat, bukan masalah 2000 nya. Tapi gimana sistem yang ada sekarang perlu pembenahan dan perbaikan untuk kedepannya. Baiknya juga bakal nyiprat ke bapak dan ibu kok.
perbaikan sistem tidak akan berjalan baik ketika para penggunanya ataupun pelaksananya tidak melakukan perbaikan. Semoga, PT KAI akan terus tegas dalam hal perbaikan sistem dan konsisten dengan peraturan yang telah dibuat. Dan semoga para penggunak dan pelaksana juga menyadari betul, saatnya transportasi Indonesia memerlukan pembenahan.
Pagi ini heboh..
di kereta tadi didusel oleh ibuk2 yang bertubuh lebih lebar dari saya. oke ini sesek, ibuk2 ini bawel dan dia kejar-kejaran sama pak kondektur dan Polsuska (Polisi khusus kereta api). dan dia lolos -___-
alah yauda gapapa, yang penting tadi disenyumin sama Polsuska ganteng. #eaaaa
kehebohan belum berhenti sampai disitu (sebenernya nggak heboh-heboh banget, saya aja yang suka bikin heboh).
karena ndak mau repot balik lagi ke stasiun gubeng untuk beli tiket pulang minggu depan, saya putuskan untuk beli tiket dulu. untuk KA ekonomi harus beli tiket di Gubeng lama, sementara saya nitip motor di gubeng baru (FYI : Gubeng lama dan gubeng baru itu bersinggungan depan belakang, tapi kalo jalan ya jauh bok.ciyus). karena saya pikir ndak akan lama maka saya putuskan ambil motor belakangan. sekalian niat olahraga jalan pagi :D
dan lagi - lagi salah kaprah -___-
antrinya sih nggak begitu panjang, tapi 1 orang bisa beli lebih dari 5 tiket.
walhasil, saya harus berdiri hampir 1 jam cuma untuk 2 tiket. oke ini masih terbayar dengan senyuman manis mas satpam stasiun yang ngajak ngobrol waktu saya ngisi form pemesanan. (entah mas - mas berseragam selalu terlihat mencolok dan kadang mempesona. ini bukan FTV jadi kemungkinan kecil saya ada konflik dengan mas satpam itu kemudian jatuh cinta. tamat.)
keributan kecil banyak terjadi ketika antri tiket. memang sepertinya pelajaran untuk mengantri perlu ada dalam kurikulum. banyak yang nyerobot kemudian dimarah-marahi, kemudian ngambek. ada juga yang emosi akhirnya pulang. belum lagi ada yang ngomel karena menurut mereka pelayanan di stasiun kurang memuaskan. entahlah saya cuma menikmati ada diantara orang - orang tersebut. jadi tahu bagaimana karakter orang - orang ini, bagaimana mereka menanggapi sebuah sistem, hingga mengetahui curcol pagi mereka :D
setelah 1 jam berdiri, akhirnya tiket di tangan. saya harus melanjutkan perjalanan ke stasiun gubeng baru untuk mengambil motor. pagi ini bener-bener olahraga, pemanasannya antri tiket. olahraga intinya jalan kaki ke gubeng baru. #okesip
jalan kaki memang menyenangkan. bisa memperhatikan apa yang tidak biasa diperhatikan ketika naik motor.
ini menyenangkan. tapi yang gak menyenangkan adalah, di klakson mobil. eh saya gak menuhi jalan. saya udah minggir banget lho. serius. mungkin mereka iri :v
belum lagi fungsi trotoar yang beralih fungsi jadi tongkrongan becak, jadi warung, dan jadi hutan dadakan karena rimbunnya tanaman yang menutupi. mau nggak mau jalan di tepi jalan dan di klakson lha saya :|
yang saya tau dari media, ibu Risma selaku walikota surabaya telah melakukan banyak perubahan.
semoga masalah trotoar di sekitar stasiun gubeng baru ini juga bisa dirombak biar makin keren surabaya :D
oh ya, tadi udah ngarep ada kejadian kayak di FTV. ketemu tukang becak ganteng yang ternyata anak orang kaya yang nyamar, kemudian kita jatuh cinta.
oke itu terlalu ngayal dan gak mungkin. jadi jangan terlalu percaya sama FTV
oke sekian pagi heboh saya, yang sebenarnya nggak heboh - heboh amat. sebelum saya tambah ngelantur, mending saya akhiri :)
semoga perbaikan sistem di Indonesia juga didukung penuh sama rakyatnya, biar Indonesia makin keren :D
Saturday, January 18, 2014 0 comments

Review Trave(love)ing 2



Hai kali ini mau bahas buku yang baru saja selesai aku baca. Buku pertama yang beli pake uang sendiri :’) Awalnya nggak niat beli novel ini, tapi entah kenapa balik lagi ke rak novel ini dan pada akhirnya memilihnya jadi teman pengisi waktu luang. Bagiku membeli novel itu perlu 3 pertimbangan : 1. Penulisnya (serius ini sangat berpengaruh), 2. Ringkasan cerita di sampul belakang, 3. Desain cover sampul. Dari 3 kriteria tersebut, 2 hal sudah terpenuhi yakni ringkasan cerita dan desain cover, maka aku mantap untuk membelinya.
Begitu membuka plastik pembungkusnya (percayalah ini salah satu hal paling menyenangkan di dunia), langsung jatuh cinta pada kalimat pembuka di halaman pertama buku ini. “Why Do You Travel?”, begitu yang tertulis disana. Ibarat orang jatuh cinta, jadi semakin cinta dan nggak nyesel beli buku ini. Terus kenapa jatuh cinta sama kalimat pembukanya? Ya karena ini berbeda. Biasanya kalo cerita tentang traveling bakal bertanya kemana kamu akan pergi atau kemana destinasi selanjutnya, bukan kenapa kamu butuh traveling. Banyak orang akan berpikir akan pergi kemana mereka bukan karena apa mereka pergi dan apakah dengan perjalanan ini mereka bisa menemukan jawaban yang mereka cari. Dan buku ini memberikan alasan kenapa orang membutuhkan perjalanan untuk menemukan sebuah jawaban yang tidak akan ditemukan ketika kita terjebak dalam rutinitas yang membosankan.
Ada 4 penulis dalam buku ini : Tirta Prayudha, Eliysha Saputra, Diar Trihastuti, dan Roy Saputra. Dan serius buku ini bikin ngiler pengen traveling, bikin nge-jleb, bikin merenung, dan aku benar – benar tenggelam dalam buku ini. Gaya bercerita yang bikin pembaca merasakan di posisi mereka bener – bener bikin novel ini jadi hidup. Jadi curiga, jangan-jangan penulisnya kenal sama aku kok bisa ceritanya sama(sisi galaunya), okay 4 orang ini serius bikin aku tersihir dan jatuh cinta serta galau dalam satu waktu.
Nggak Cuma cerita pengalaman traveling yang berguna,mengajak jalan-jalan ke kota yang mereka kunjungi, mereka juga menceritakan bagian dimana mereka ingin mencari jawaban untuk pertanyaan – pertanyaan hidup yang ingin mereka jawab, mencari keyakinan hati untuk membuat sebuah pilihan. 
Buku ini nggak Cuma membangkitkan hasrat untuk menabung dan melakukan perjalanan, tapi buku ini juga membangkitkan hasrat menulis. Menuliskan semua pengalaman, mengabadikan setiap moment, dan menuangkan menjadi susunan paragraf yang bisa menginspirasi orang. Bukan tentang kegalauan, bukan tentang kesedihan, tapi tentang jarak yang mereka tempuh untuk menemukan sebuah jawaban.
 Aku tidak begitu pandai dalam hal menuliskan review buku yang baru kubaca, tapi yang jelas buku ini bagus untuk teman perjalanan dan teman kegalauan :p



 
;